Hello, it's me

Hello, it's me

Universitas Negeri Malang

| Jumat, 09 September 2016 | |
Universitas Negeri Malang, disingkat UM, merupakan perguruan tinggi negeri yang terletak di Malang dan Blitar, Jawa Timur, Indonesia. Universitas yang didirikan pada tanggal 18 Oktober 1954 ini sebelumnya bernama PTPG Malang, lalu IKIP Malang yang membuatnya menjadi salah satu IKIP tertua di Indonesia. Rektor UM saat ini dijabat oleh Prof. Dr. H. Ah. Rofiuddin, M.Pd.
Hasil gambar untuk Universitas Negeri Malang

Sejarah

Cikal bakal Universitas Negeri Malang adalah Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) di Malang yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Mr. Mohammad Yamin, pada tanggal 18 Oktober 1954 berdasarkan SK No. 38742/Kab tanggal 1 September 1954. Bersamaan dengan itu pula, Prof. Sutan Adam Bachtiar ditugaskan sebagai Rektor PTPG Malang.
Pada awal pendiriannya, PTPG Malang mempunyai lima jurusan perintis, yaitu Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, Sejarah dan Budaya, Ilmu Ekonomi, serta Ilmu Pasti Alam. Adapun, perkuliahan diselenggarakan di gedung SMA Tugu (sekarang SMA Negeri 1, SMA Negeri 3, dan SMA Negeri 4 Malang). Setahun kemudian, tepatnya sejak tanggal 20 Juni 1955, PTPG memiliki gedung sendiri di bekas Hotel Splendid yang terletak di Jalan Tumapel 1, Malang.
Pada tanggal 10 November 1954, didirikan suatu universitas baru di Jawa Timur, yaitu Universitas Airlangga (Unair) yang terletak di Surabaya. Sebagai konsekuensinya, berdasarkan PP No. 71/1958, PTPG secara formal berubah status menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unair. Pada tahun 1958, atas jasa Wali Kota Malang saat itu, Sarjono, lembaga ini mendapatkan sebidang tanah untuk membangun kompleks kampus yang terletak di Jalan Semarang 5, Malang.
Awalnya, lembaga ini memerlukan bantuan dari luar negeri untuk melengkapi sarana dan prasarana pendidikan. Bantuan tersebut antara lain datang dari Ford Foundation yang memberikan sumbangan berupa beasiswa pengiriman dosen ke luar negeri, fasilitas laboratorium, dan buku untuk perpustakaan. Selain itu, pemerintah Jepang juga ikut menyumbang melalui Colombo Plan. Sie Twam Tjing (Samsi), pemilik pabrik rokok Bentoel, juga memberikan bantuan berupa kafetaria modern pada waktu itu.
Pada tanggal 3 Januari 1963, terbit Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan No. 35/1964 yang menetapkan bahwa IKIP Malang memiliki cabang di:
  • Surabaya, berasal dari cabang FKIP Universitas Airlangga;
  • Madiun, berasal dari Cabang FKIP Universitas Airlangga;
  • Singaraja, berasal dari FKIP Universitas Udayana;
  • Kupang dan Ende, berasal dari FKIP Universitas Nusa Cendana.
Pada tanggal 20 Mei 1964, bertempat di Gedung SKMAN Malang, dilangsungkan upacara peresmian IKIP Malang yang menandai berpisahnya lembaga tersebut dari Universitas Airlangga. Dari hasil reorganisasi, IKIP Malang memiliki empat fakultas, yaitu:
  • Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP),
  • Fakultas Keguruan Sastra dan Seni (FKSS),
  • Fakultas Keguruan Ilmu Sosial (FKIS), dan
  • Fakultas Keguruan Ilmu Eksakta (FKIE).
Adapun, Fakultas Keguruan Teknik (FKT) lahir setelah satu tahun reorganisasi. Selanjutnya, nama dan istilah fakultas yang ada disesuaikan secara nasional pada tahun 1982. FIP tidak mengalami perubahan, sedangkan FKSS menjadi Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS), FKIS menjadi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS), FKIE menjadi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA), serta FKT menjadi Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK).
Pada tanggal 23 Maret 1968, beberapa fakultas cabang IKIP Malang diserahterimakan kepada induknya yang baru. IKIP Malang Cabang Jember diserahkan kepada Universitas Jember, cabang Singaraja kepada Universitas Udayana, serta cabang Kupang dan Ende kepada Universitas Nusa Cendana. Adapun, IKIP Malang Cabang Surabaya berdiri sendiri menjadi IKIP Surabaya.
Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 93 Tahun 1999, IKIP Malang diubah menjadi Universitas Negeri Malang (UM). Adapun berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 143/DIKTI/Kep/2000 dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 30 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Negeri Malang, UM saat ini memiliki delapan fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Sastra (FS), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), Fakultas Ilmu Sosial (FIS), dan Fakultas Pendidikan Psikologi (FPPsi), serta 1 program pascasarjana.
edit

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

| Jumat, 09 September 2016 | |
Hasil gambar untuk Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (disingkat ITS) adalah perguruan tinggi negeri yang terletak di Surabaya. ITS awalnya didirikan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Teknik (YPTT) yang diketuai oleh dr. Angka Nitisastro pada tanggal 10 November 1957.
Dies Natalis ITS pertama adalah 10 November 1960, sementara nama ITS mulai digunakan dalam Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1961 (ditetapkan tanggal 23 Maret 1961). Dalam visi awal, ITS ditujukan untuk mendidik para pemimpin yang unggul di bidang sains dan teknologi, untuk mengangkat Republik Indonesia menjadi negara berperadaban maju dan tinggi.
Kampus ITS Sukolilo menempati areal seluas 180 hektare, dengan luas bangunan seluruhnya kurang lebih 150.000 m2. Selain itu terdapat Kampus Manyar yang dipergunakan oleh Program D-3 dan D-4 Teknik Sipil dengan luas bangunan 5.176 m2 dan Kampus ITS Cokroaminoto yang dipergunakan untuk magister manejemen serta beberapa lembaga kerjasama dengan luas bangunan 4.000 m2.

Etimologi

Institut Teknologi Sepuluh Nopember melekat dengan sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Pendirian ITS dipelopori oleh para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia sejak tahun 1957, melibatkan dr. Angka Nitisastro, Soedjasmono, Kyai Haji Yahya Hasyim, dan didukung oleh Roeslan Abdulgani. Untuk mempertahankan sejarah pemberian nama awal, kata "Nopember" dalam kepanjangan ITS tidak diubah menjadi "November" sebagaimana kosakata yang baku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Sumber :  https://id.wikipedia.org/wiki/Institut_Teknologi_Sepuluh_Nopember
edit

Universitas Muhammadiyah Malang

| Jumat, 09 September 2016 | |
Hasil gambar untuk universitas muhammadiyah malang
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) adalah perguruan tinggi swasta terakreditasi "A" dengan Nomor SK: 074/SK/BAN-PT/Ak-IV/PT/II/2013, yang berpusat di kampus III terpadu Universitas Muhammadiyah Malang, Jalan Raya Tlogomas 246 Kota Malang, Jawa Timur. Universitas yang berdiri pada tahun 1964 ini berinduk pada organisasi Muhammadiyah dan merupakan perguruan tinggi Muhammadiyah terbesar di Jawa Timur. UMM termasuk dalam jajaran PTS terkemuka di Indonesia. Oleh karena didominasi warna dinding putih, UMM sering disebut sebagai kampus putih
UMM merupakan salah satu universitas yang tumbuh cepat, sehingga oleh PP Muhammadiyah diberi amanat sebagai perguruan tinggi pembina untuk seluruh PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) wilayah Indonesia Timur. Program-program yang didisain dengan cermat menjadikan UMM sebagai "The Real University", yaitu universitas yang benar-benar universitas dalam artian sebagai institusi pendidikan tinggi yang selalu komit dalam mengembangkan Tri Darma Perguruan Tinggi
Pada sekarang ini Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menempati 3 lokasi kampus, yaitu kampus I di Jalan Bandung 1, kampus II di Jalan Bendungan Sutami 188 A dan kampus III di Jalan Raya Tlogomas 246. Kampus satu yang merupakan cikal bakal UMM, dan sekarang ini dikonsentrasikan untuk program Pasca Sarjana. Sedangkan kampus II yang dulu merupakan pusat kegiatan utama , sekarang di konsentrasikan sebagai kampus Fakultas Kedokteran dan Fakultas Ilmu Kesehatan. Sedangkan kampus III sebagai kampus terpadu dijadikan sebagai pusat sari seluruh aktivitas.

Sejarah Universitas Muhammadiyah Malang

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berdiri pada tahun 1964, atas prakarsa tokoh-tokoh dan Pimpinan Muhammadiyah Daerah Malang. Pada awal berdirinya Universitas Muhammadiyah Malang merupakan cabang dari Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang didirikan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Jakarta dengan Akte Notaris R. Sihojo Wongsowidjojo di Jakarta No. 71 tang-gal 19 Juni 1963.
Pada waktu itu, Universitas Muhammadiyah Malang mempunyai 3 (tiga) fakultas, yaitu (1) Fakultas Ekonomi, (2) Fakultas Hukum, dan (3) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Pendidikan Agama. Ketiga fakultas ini mendapat status Terdaftar dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada tahun 1966 dengan Surat Keputusan Nomor 68/B-Swt/p/1966 tertanggal 30 Desember 1966.
Pada tanggal 1 Juli 1968 Universitas Muhammadiyah Malang resmi menjadi universitas yang berdiri sendiri (terpisah dari Universitas Muhammadiyah Jakarta), yang penyelenggaraannya berada di tangan Yayasan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Malang, dengan Akte Notaris R. Sudiono, No. 2 tertanggal 1 Juli 1968. Pada perkembangan berikutnya akte ini kemudian diperbaharui dengan Akte Notaris G. Kamarudzaman No. 7 Tanggal 6 Juni 1975, dan diperbaharui lagi dengan Akte Notaris Kumalasari, S.H. No. 026 tanggal 24 November 1988 dan didaftar pada Pengadilan Malang Negeri No. 88/PP/YYS/ XI/ 1988 tanggal 28 November 1988.
Pada tahun 1968, Universitas Muhammadiyah Malang menambah fakultas baru, yaitu Fakultas Kesejahteraan Sosial yang merupakan fi‘lial dari Fakultas Kesejahteraan Sosial Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dengan demikian, pada saat itu Universitas Muhammadiyah Malang telah memiliki empat fakultas. Selain itu, FKIP Jurusan Pendidikan Agama mendaftarkan diri sebagai Fakultas Agama yang berada dalam naungan Departemen Agama dengan nama Fakultas Tarbiyah.
Pada tahun 1970 Fakultas Tarbiyah ini mendapatkan status yang sama dengan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (IAIN), dengan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 50 Tahun 1970. Pada tahun ini pula Fakultas Kesejahteraan Sosial mengubah namanya menjadi Fakultas Ilmu Sosial dengan Jurusan Kesejahteraan Sosial. Kemudian pada tahun 1975 Fakultas ini resmi berdiri sendiri (terpisah dari Universitas Muhammadiyah Jakarta) dengan Surat Keputusan Terdaftar Nomor 022 A/1/1975 tanggal 16 April 1975.
Fakultas yang kemudian ditambahkan adalah Fakultas Teknik, yaitu pada tahun 1977. Pada tahun 1980 dibuka pula Fakultas Pertanian, kemudian menyusul Fakultas Peternakan. Antara tahun 1983 sampai dengan 1993, ditambahkan jurusan-jurusan baru dan ditingkatkan status jurusan-jurusan yang suudah ada. Yang terakhir, pada tahun 1993 Universitas Muhammadiyah Malang membuka Program Pascasarjana Program Studi Magister Manajemen dan Magister Sosiologi Pedesaan. Sampai tahun akademik 1994/1995 ini, Universitas Muhammadiyah Malang telah memiliki 9 fakultas dan 25 jurusan/program studi tingkat strata Si, dua program studi strata-S2, dan satu akademi /strata-D3 Keperawatan. Pada rentang tiga puluh tahun perjalanan UMM ini (1964- 1994), perkembangan yang paling berarti dimulai pada tahun 1983-an. Sejak saat itu dan seterusnya UMM mencatat perkembangan yang sangat mengesankan, balk dalam bidang peningkatan status Jurusan, dalam pembenahan administrasi, penambahan sarana dan fasilitas kampus, maupun penambahan dan peningkatan kualitas tenaga pengelolanya (administrasi dan akademik). Tahun 2009, UMM menggabungkan Fakultas Pertanian dan Fakultas Peternakan-Perikanan menjadi Fakultas Pertanian dan Peternakan agar sesuai dengan konsorsium Ilmu-ilmu Pertanian.
Dalam bidang sarana fisik dan fasilitas akademik, kini telah tersedia tiga buah kampus: Kampus I di Jalan Bandung No. 1, Kampus II di Jalan Bendungan Sutami No. 188a, dan Kampus III (Kampus Terpadu) di Jalan Raya Tlogo Mas. Dalam bidang peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga akademik, telah dilakukan (1) rekruitmen dosen-dosen muda yang berasal dari berbagai perguruan tinggi terkemuka di pulau Jawa, (2) Peningkatan kualitas para dosen dengan mengirim mereka untuk studi lanjut (S2 dan S3) di dalam maupun di luar negeri. Berkat perjuangan yang tidak mengenal berhenti ini, maka kini Universitas Muhammadiyah Malang sudah menjelma ke arah perguruan tinggi alternatif. Hal ini sudah diakui pula oleh Koordinator Kopertis Wilayah VII yang pada pidato resminya pada wisuda sarjana Universitas Muhammadiyah Malang tanggal 11 Juli 1992, mengemukakan bahwa UMM tergolong perguruan tinggi yang besar dan berprospek untuk menjadi perguruan tinggi masa depan yang berkualitas.
Dengan kondisi yang terus ditingkatkan, kini Universitas Muhammadiyah Malang dengan bangga tetapi rendah hati siap menyongsong masa depan, untuk ikut serta dalam tugas bersama "mencerdaskan kehidupan bangsa" dan "membangun manusia Indonesia seutuhnya" dalam menuju menjadi bangsa Indonesia yang bermartabat dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
edit

Universitas Brawijaya

| Jumat, 09 September 2016 | |
Universitas Brawijaya (biasa disingkat UNBRA, UNIBRAW atau singkatan resmi UB) merupakan lembaga pendidikan tinggi negeri di Indonesia yang berdiri pada tahun 1963 di Kota Malang melalui Ketetapan Menteri Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan No. 1 tanggal 5 Januari 1963, kemudian disahkan oleh Keputusan Presiden no. 196 tahun 1963 yang kemudian tanggal 5 Januari ditetapkan sebagai hari lahir Universitas Brawijaya. Jumlah mahasiswa saat ini lebih dari 55 ribu orang dari berbagai strata mulai program Diploma, program Sarjana, program Magister, dan program Doktor selain program Spesialis tersebar dalam 15 Fakultas dan 2 Program pendidikan setara fakultas.
Pada tanggal 10 Januari 2009, Universitas Brawijaya mendapatkan akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Pada akreditasi selanjutnya tanggal 11 September 2014, Universitas Brawijaya kembali mendapatkan Akreditasi A 29 November 2007, UB mendapat persetujuan Dirjen Dikti untuk menjadi perguruan tinggi otonom.
Universitas Brawijaya memiliki kampus pusat yaitu di Malang (Ketawanggede, Puncak Dieng, Griyasahanta), dan cabang di Kediri, Kasembon, Jakarta, dan Probolinggo untuk pendidikan maupun penelitian. Pada tahun 2013, terdapat 143 program studi yang terdiri dari Diploma 3 (D3): 4; Diploma 4 (D4): 4; Sarjana (S1): 64; Magister (S2): 39; Doktor (S3): 14; Spesialis 1 (Sp1): 15; Profesi: 3. Jumlah mahasiswa baru tahun 2014 yaitu 13.237 mahasiswa dan total seluruh mahasiswa adalah 59.469 orang, sedangkan lulusan tahun 2014 sebanyak 8.427 mahasiswa. Untuk program beasiswa Bidikmisi, UB menerima 1.500 mahasiswa pertahun dan menambah biaya Rp 200.000 perbulan dari yang diberikan oleh pemerintah. Sedangkan total beasiswa lain yaitu Rp 27,6 miliar pertahun. Saat ini ada tiga fakultas yang terakreditasi Internasional yaitu Ekonomi dan Bisnis, Teknologi Pertanian, dan Ilmu Administrasi. Sedangkan untuk semua fakultas, lembaga, dan unit telah mendapatkan sertifikat manajemen ISO. Universitas Brawijaya memiliki visi menjadi World Class Entrepreneurial University terus mengembangkan dan memperbaiki internal maupun eksternal kampus untuk mewujudkan visi tersebut.
Lahan kampus utama seluas 58 ha terletak di kawasan barat kota Malang, tepatnya di Jalan Veteran. Gedung-gedung dalam Kampus pada umumnya berarsitektur Jawa. Untuk efisiensi penggunaan lahan kampus, gedung-gedung UB kebanyakan berlantai 3 bahkan di beberapa fakultas gedungnya berlantai 7 atau lebih. Gedung kantor pusat berlantai 8 dengan bangunan yang sangat khas, saat ini menjadi maskot UB. Secara keseluruhan UB memiliki aset tanah seluas 1.813.664 m2 (181 ha). Dari luas tanah tersebut 58 ha terletak di dalam Kota Malang dan merupakan wilayah utama kegiatan universitas. Lahan seluas 73 ha merupakan lahan laboratorium dan lahan percobaan di provinsi Jawa Timur di luar kota Malang, yaitu di Cangar, Jatikerto, Dau dan Sumberpasir. Sedangkan sisanya, seluas 92 ha, terletak di Lampung dan merupakan lahan percobaan untuk bidang pertanian.

Sejarah

1957-1960: Gemeentelijke Universiteit


Berawal dari Balaikota Malang, gagasan untuk pembentukan perguruan tinggi itu digulirkan. Atas prakarsa Ketua DPRD, 10 Mei 1957, diadakan pertemuan tokoh-tokoh masyarakat dan pemerintahan kota Malang, membahas rencana pembentukan sebuah universitas milik kotapraja (Gemeentelijke Universiteit).
Sebagai langkah awal, didirikan sebuah yayasan bernama Yayasan Perguruan Tinggi Malang (YPTM) dengan akta notaris nomor 48 tahun 1957, 28 Mei 1957. Yayasan ini kemudian membuka Perguruan Tinggi Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (PTHPM), pada 1 Juli 1957. Tercatat sebanyak 104 mahasiswa perguruan tinggi ini, dan menggunakan ruang sidang Balaikota Malang sebagai tempat perkuliahannya.
Sementara itu, atas inisiatif beberapa tokoh masyarakat yang lain dibentuk pula Yayasan Perguruan Tinggi Ekonomi Malang (YPTEM) dengan akta notaris nomor 26, 15 Agustus 1957, yang kemudian mendirikan Perguruan Tinggi Ekonomi Malang (PTEM). Tak jauh berbeda dengan pendahulunya, aktivitas perkuliahan PTEM juga menumpan di Balaikota Malang.
Secara resmi PTHPM diakui sebagai milik Kotaparaja Malang dengan keputusan DPRD, 19 Juni 1958. Pada dies natalis ketiga PTHPM, 1 Juli 1960, diumumkan penggunaan nama Universitas Kotapraja Malang bagi perguruan tinggi itu. Selain itu diumumkan pula rencana membuka dua fakultas baru. Rencana itu menjadi kenyataan, 15 September 1960, berdiri Fakultas Administrasi Niaga (FAN). Disusul kemudian oleh Fakultas Pertanian (FP), 10 November 1960.

1961-1964: Upaya penegerian

Pembiayaan menjadi kendala utama penyelenggaraan Universitas Kotapraja Malang. Meskipun diakui sebagai milik Kotapraja Malang, pembiayaan universitas ini sepenuhnya tetap menjadi beban yayasan. Oleh karena itu ditempuh usaha untuk memperoleh status universitas negeri. Sesuai UU nomor 22 tahun 1961 tentang perguruan tinggi, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, baik mengenai jumlah maupun jenis fakultas yang dimiliki. Untuk itu, diupayakan penggabungan dengan perguruan tinggi yang sudah ada di Malang, yakni PTEM dan STKM (Sekolah Tinggi Kedokteran Malang). PTEM sepakat dengan gagasan ini, sementara STKM masih belum dapat menerimanya.
Sebagai langkah menuju penggabungan, Universitas Kotapraja Malang berganti nama menjadi Universitas Brawijaya. Nama ini berasal dari gelar raja-raja Majapahit yang merupakan kerajaan besar di Indonesia pada abad 12 sampai 15. Nama ini diberikan oleh Presiden Republik Indonesia melalui kawat nomor 258/K/61 tanggal 11 Juli 1961, dipilih dari 3 alternatif yang diajukan, yakni Tumapel, Kertanegara, dan Brawijaya. Nama itu secara resmi baru dipakai 3 Oktober 1961, setelah penggabungan Yayasan Perguruan Tinggi Malang (Universitas Kotapraja Malang) dengan Yayasan Perguruan Tinggi Ekonomi Malang (PTEM) menjadi Yayasan Universitas Malang, yang disahkan akta notaris nomor 11 tanggal 12 Oktober 1961.
Untuk memenuhi syarat penegerian, Universitas Brawijaya yang telah memiliki 4 fakultas (FHPM, FE, FAN, dan FP) membuka lagi sebuah fakultas, Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (FKHP) pada 26 Oktober 1961.
Presiden Universitas Brawijaya, H. Doel Arnowo bersama para perintis universitas ini terus berjuang untuk mendapatkan status universitas negeri. Dalam sebuah pertemuan 7 Juli 1962, dicapai kesepakatan antara Menteri PTIP, Pangdam VIII Brawijaya, Presiden Universitas Airlangga, Presiden Universitas Brawijaya, dan Presiden Universitas Tawangalun, bahwa hanya fakultas-fakultas eksakta saja yang terlebih dulu dinegerikan. Keputusan Menteri PTIP nomor 92 tahun 1962 tanggal 1 Agustus 1962 menetapkan FP dan FKHP dinegerikan dan sekaligus menjadi bagian dari Universitas Airlangga. Keputusan ini berlaku surut mulai 1 Juli 1962
Sementara itu di Probolinggo, 28 Oktober 1962 dibuka Perguruan Tinggi Jurusan Perikanan Laut oleh Yayasan Pendidikan Tinggi Probolinggo. Jurusan ini pada saatnya kemudian menjadi bagian dari FKHP dengan SK Menteri PTIP no 163 tahun 1963, 25 Mei 1963. Tanggal 5 Januari 1963, keluar Keputusan Menteri PTIP nomor 1 tahun 1963, tentang pendirian Universitas Negeri Brawijaya di Malang.

Gedung Fakultas Pertanian di Jl. MT. Haryono (dulu Jl. Raya Dinoyo).
Dengan keputusan itu, ditetapkan Universitas Brawijaya di Malang terdiri dari Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan, Fakultas Pertanian, serta Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan. Keputusan itu pula memisahkan Fakultas Pertanian, dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan dari Universitas Airlangga dan memasukkannya ke dalam lingkungan Universitas Brawijaya di Malang. Selain itu, keputusan Menteri PTIP ini juga meresmikan 3 fakultas yaitu Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Pendidikan, dan Fakultas Ketatanegaraan di Jember sebagai bagian dari Universitas Brawijaya. Kemudian, dengan Keputusan Menteri PTIP nomor 97 tahun 1963, 15 Agustus 1963, Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan di Kediri ditetapkan sebagai cabang dari FKK Universitas Brawijaya.
Keputusan Menteri PTIP tentang pendirian Universitas Negeri Brawijaya kemudian disahkan dengan Keputusan Presiden nomor 196 tahun 1963, 23 September 1963. Dengan itu pula ditetapkan fakultas-fakultas yang bergabung ke dalam Universitas Brawijaya, yakni FE, FHPM, FKK, FP dan FKHP di Malang, serta Fakultas Hukum, Fakultas Pertanian, Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Ilmu Sosial, dan Fakultas Kedokteran di Jember. Dalam status negeri, Universitas Brawijaya membuka Fakultas Teknik (FT) berdasarkan Keputusan Menteri PTIP nomor 167 tahun 1963, 23 Oktober 1963. Pada tahun 1964, cabang di Jember memisahkan diri dan membentuk Universitas Jember (SK Menteri PTIP nomor 151 tahun 1964, 9 November 1964).

1965-1968: Kampus bergolak

Situasi negara memburuk dengan meletusnya pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965. Seluruh perguruan tinggi bergolak, tidak terkecuali Universitas Brawijaya. Pergolakan mencapai puncaknya 2 April 1966, seluruh aktivitas universitas ini berhenti. Dengan keputusan nomor 012/IV/66, Komandan Korem 083 selaku PU Pepelrada (Penguasa Pelaksana Perang Daerah) menetapkan sebuah presidium untuk memimpin Universitas Brawijaya, dan dekan untuk memimpin fakultas-fakultas. Keputusan itu kemudian disahkan Deputi Menteri PTIP dengan Keputusan nomor 4385 tahun 1966. Tugas utama presidium adalah normalisasi keadaan dan menggalang persatuan dan kesatuan di kalangan sivitas akademika. Presidium mulai bekerja 7 April 1966, dan membuka kembali Universitas Brawijaya 12 April 1966.
Bulan Juni 1966, Brigjen dr. Eri Soedewo ditugasi pemerintah untuk stabilisasi perguruan tinggi-perguruan tinggi di Jawa Timur. Jabatannya sebagai Koordinator Perguruan Tinggi Jawa Timur, di samping Pejabat Rektor Universitas Airlangga, Ketua Presidium IKIP Surabaya, Ketua Presidium IKIP Malang, dan Ketua Presidium Universitas Brawijaya.
Dalam rangka pengamanan seluruh kampus di Jawa Timur, Pangdam VIII/Brawijaya, 1 Agustus 1966, memberhentikan seluruh pimpinan perguruan tinggi di Jawa Timur. Sebagai pimpinan Universitas Brawijaya, dengan keputusan Pepelrada nomor 59 tahun 1966, yang kemudian disahkan oleh keputusan Direktur Jenderal Perguruan Tinggi nomor 798/I/SP/KT/67, diangkat Kolonel Moejadhie Komandan Korem 083 sebagai Rektor Universitas Brawijaya, dibantu oleh para pembantu rektor dan para dekan fakultas.

1969-1997: Pengembangan kampus

Pimpinan Universitas Brawijaya bekerja tanpa anggaran selama setahun. Baru kemudian secara berangsur-angsur diperoleh kembali anggaran dari pemerintah. Setelah 3 tahun keadaan menjadi normal, Universitas Brawijaya melangkah memasuki masa pembangungan (Pelita I) pada tahun 1969, dipimpin oleh rektor dari kalangan sendiri, yaitu Dr Ir Moeljadi Banoewidjojo (1969-1973).
Pembangunan fisik dilaksanakan. Gedung-gedung kuliah, laboratorium, bengkel, dan perpustakaan dibangun di kompleks Dinoyo. Secara berangsur-angsur prasarana dan sarana kampus dilengkapi. Untuk memudahkan manajemen, jurusan Perikanan Laut di Probolinggo (1972) dan cabang Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan (FKK) di Kediri (1973) secara berangsur-angsur dipindahkan ke Malang. Sedangkan jurusan Kedokteran Hewan di Surabaya (berdiri 1970) sejak 1972 bergabung dengan Universitas Airlangga. Di bawah kepemimpinan Rektor Dardji Darmodihardjo SH (1973-1979), pembangunan fisik terus berlangsung.
Kantor Pusat dipindahkan dari Jalan Guntur 1 ke Kampus Dinoyo (1974), juga tempat perkuliahan seluruh fakultas secara berangsur-angsur dipusatkan. Jumlah staf pengajar maupun administratif bertambah dengan banyaknya pengangkatan baru. Dia juga menetapkan singkatan “Unibraw” sebagai pengganti “Unbra”. Jumlah fakultas pun bertambah dengan bergabungnya Sekolah Tinggi Kedokteran Malang (STKM) secara resmi menjadi Fakultas Kedokteran dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 001/O/1974, 1 Januari 1974.

Gedung Rektorat UB yang dibangun pada kepemimpinan rektor Prof. Drs. Zainal Arifin Achmady (1987-1993).
Berdasarkan SK Presiden Nomor 59 tahun 1982 tanggal 7 September 1982 tentang struktur organisasi Universitas Brawijaya, Fakultas Perikanan (FPi) menjadi fakultas tersendiri karena sejak tahun 1977 digabung menjadi satu dengan Fakultas Peternakan dengan nama Fakultas Peternakan dan Perikanan. Sebagai catatan bahwa Fakultas Perikanan telah berdiri sejak tahun 1963 di Probolinggo yang merupakan Jurusan dari FKHP Universitas Brawijaya.
Dalam periode selanjutnya, berturut-turut di bawah kepemimpinan Rektor Prof Harsono (1979-1987), Rektor Prof ZA Achmady (1987-1994), Rektor Prof Hasyim Baisoeni (1994-1998). Terjadi perubahan nama beberapa fakultas, peningkatan beberapa jurusan menjadi fakultas, pembukaan fakultas dan program-program baru, serta pemisahan untuk mandiri program non gelar Politeknik. Selain itu banyak pembangunan fasilitas pembangunan fisik seperti gedung Rektorat berlantai 8 dan gedung Widyaloka pada masa jabatan Rektor Prof ZA Achmady, sedangkan penggunaan website resmi Universitas Brawijaya mulai diresmikan pada masa Rektor Prof Hasyim Baisoeni.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), diresmikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0371/O/1993 tanggal 21 Oktober 1993. Universitas Brawijaya menambah satu lagi fakultas yaitu Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) yang merupakan peningkatan satu dari Jurusan Teknologi Pertanian yang sebelumnya berada di Fakultas Pertanian.

1998-2005: Perguruan Tinggi Otonom

Pada masa kepemimpinan Rektor Prof Eka Afnan Troena (1998-2002) mulai menerima mahasiswa asing asal Malaysia, dimulainya era jaringan serat optik untuk pengembangan teknologi informasi (TI) di kampus dan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh bekerja sama dengan Keio University, Jepang, serta memulai program pemberian beasiswa studi lanjut bagi staf administrasi.
Pada tahun 1999, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi dan Nomor 61 Tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negeri Sebagai Badan Hukum. Tekad Universitas Brawijaya menjadi perguruan tinggi otonom sesuai PP 60 dan PP 61 Tahun 1999, telah di persiapkan sejak tahun 2000, dengan melakukan sosialisasi kepada sivitas akademika.
Beberapa Presiden mahasiswa perguruan tinggi menolak otonomi kampus. Presiden Mahasiswa Universitas Brawijaya, Muhammad Fadhli mengusulkan adanya SPP progresif (proporsional), jika otonomi kampus diberlakukan. Menurut Presiden Mahasiswa Universitas Brawijaya, pihaknya telah melakukan polling pendapat tentang otonomi kampus yang hasilnya 63,9% menolak penerapan otonomi kampus dan hanya 26,7% yang setuju. Otonomi kampus, yang akan diberlakukan di Universitas Brawijaya harus dikaji ulang dan dicarikan format yang paling baik dan tepat.
Pada masa Rektor Prof Bambang Guritno ini, dia mencanangkan visi menjadikan Universitas Brawijaya sebagai perguruan tinggi terkemuka melewati batas wilayah nasional, melakukan persiapan-persiapan untuk menjadi perguruan tinggi otonom, mengupayakan peningkatan kualitas dosen melalui studi lanjut, memperluas kerja sama luar negeri, mengadakan penataan jenjang karier staf administrasi, merintis pemberian subsidi biaya perjalanan haji bagi karyawan, serta menempatkan perencanaan sebagai dasar penetapan program dan kegiatan Universitas Brawijaya.
Pada tahun 2003, berdasarkan SK Rektor nomor 147/SK/2003 dibentuklah dan mulai disosialisasikan pelaksanaan Tim Evaluasi Diri (Persiapan BHMN-UB) untuk Pengembangan Otonomi dan Akuntabilitas Organisasi Universitas Brawijaya. Otonomi adalah salah satu pilar untuk menghasilkan SDM yang berkualitas berdasarkan hasil studi banding ke Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung dan Institut Pertanian Bogor yang telah berstatus perguruan tinggi BHMN (Badan Hukum Milik Negara).
Akhirnya pada Desember 2004, diterbitkanlah keputusan Senat mengenai Otonomi Kampus Universitas Brawijaya. Dan mulai disosialisasikan bagi kalangan pejabat di lingkungan kampus dan bagi para fungsionaris mahasiswa yaitu Eksekutif Mahasiswa, Dewan Perwakilan Mahasiswa, serta Himpunan Mahasiswa Jurusan dan Program Studi mulai tahun 2005.

2006-sekarang: World Class Entrepreneurial University

Universitas Brawijaya mendapat persetujuan Dirjen Dikti untuk menjadi perguruan tinggi otonom pada tanggal 29 November 2007, walaupun pelaksanaannya harus menunggu pengesahan Undang Undang BHP. Sementara menunggu pengesahan UU-BHPMN (Badan Hukum Pendidikan Milik Negara) oleh DPR, untuk itu telah dibentuk tim penyusun proposal BLU (Badan Layanan Umum) yang diketuai oleh Prof. Dr. Sutiman B. Sumitro.
Dalam masa kepemimpinan Rektor Prof. Yogi Sugito, Universitas Brawijaya diarahkan untuk menjadi entrepreneurial university yang bertaraf internasional, dibuat logo Universitas Brawijaya, mulai diperkenalkan singkatan UB menggantikan Unibraw, diberlakukan SPP proporsional bagi mahasiswa baru, dibangun gedung Pusat Bisnis, gedung kuliah Fakultas Ekonomi, gedung Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran, dan monumen tugu UB, dan pembentukan Laboratorium Sentral Ilmu Hayati. Rektor ini sangat memperhatikan keindahan, keamanan, dan kenyamanan kampus

Gedung INBIS UB di Jalan Veteran, sebagai penunjang Entrepreneurial University.
Pencanangan UB menuju Entrepreneurial University (EU) disaksikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia pada tanggal 2 Juni 2007. Bagi UB, EU merupakan perwujudan Visi dan Misi, untuk menghasilkan lulusan yang mandiri dan berjiwa pelopor. Di dalam pelaksanaannya telah ditempuh rintisan-rintisan berbagai kegiatan dengan bantuan dana hasil kerja sama. Sebagai bagian dari langkah nyata UB menuju EU, maka dilakukan pembenahan organisasi, antara lain pembentukan UBBIPS (University of Brawijaya Business Incubator and Public Services atau Pusat Inkubator Bisnis dan Layanan Masyarakat UB). Lembaga ini keberadaannya di bawah Rektor yang berfungsi sebagai tempat pengembangan pendidikan dan latihan kewirausahaan bagi mahasiswa, dosen, pegawai, dan masyarakat, sebagai fasilitator pengembangan riset di universitas yang relevan dengan kebutuhan industri/UKM dan ekspose hasil riset potensial agar bernilai bisnis, serta mengembangkan unit bisnis akademik dan non akademik sebagai sumber pendapatan universitas untuk menunjang aktivitas pendidikan.
Kerja sama dilakukan dengan Badan Litbang Diknas, UB dipercaya untuk menyusun Pedoman Umum, Pedoman Khusus dan berbagai modul Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi. Bekerja sama dengan JBIC (Japan Bank for International Cooperation) dan Waseda University, serta perguruan tinggi di negara-negara ASEAN untuk mencari dan menguji coba model Pendidikan Entrepreneurship untuk Mahasiswa Pendamping UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang cocok diterapkan di kawasan ASEAN.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Brawijaya
edit

Universitas Airlangga

| Jumat, 09 September 2016 | |
Hasil gambar untuk Universitas Airlangga
Universitas Airlangga (disingkat Unair) adalah sebuah perguruan tinggi negeri yang terletak di Surabaya, Jawa Timur. Universitas ini didirikan tanggal 10 November 1954 bertepatan dengan hari pahlawan yang ke-9. Berdasarkan data 30 September 2015, terdapat 38.047 mahasiswa yang terdaftar di Unair.

Sejarah

Berdirinya Universitas Airlangga memiliki sejarah yang cukup panjang. Sebelum Unair resmi didirikan, pada tanggal 9 dan 11 Oktober 1847, disampaikan usul kepada Pemerintah Kolonial Belanda untuk mendidik pemuda-pemuda Jawa yang berbakat menjadi ahli-ahli praktik kesehatan. Pada tanggal 2 Januari 1849, melalui Keputusan Pemerintah No. 22, didirikan NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School) sebagai tempat pendidikan dokter di Surabaya. Sejak tahun 1913, pendidikan dokter di Surabaya berlangsung di Jl. Kedungdoro 38 Surabaya. Pada tahun 1923 gedung NIAS dipindah dari Jl. Kedungdoro ke tempat berdirinya Fakultas Kedokteran Unair di Jl. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo Surabaya.
Kemudian Dr. Lonkhuizen, Kepala Dinas Kesehatan pada masa itu, mengajukan usulan untuk mendirikan Sekolah Kedokteran Gigi di Surabaya yang dirintis sejak bulan Juli 1928 hingga 1945. Ia mendapat persetujuan dari Dr. R.J.F. Van Zaben, Direktur NIAS. Berikutnya, sekolah tersebut lebih dikenal dengan nama STOVIT (School Tot Opleiding Van Indische Tandarsten). Kala itu, STOVIT berhasil mengumpulkan 21 orang siswa. Dalam perjalanannya, STOVIT berganti nama menjadi Ika Daigaku Shika dengan Dr. Takeda sebagai Direktur pertamanya, menjabat antara tahun 1942-1945.
Dua tahun kemudian, pemerintah Belanda mengambil alih dan kemudian mengganti namanya menjadi Tandheekunding Institute. Pada tahun 1948 sekolah ini berubah status menjadi Universitier Tandheelkunding Instituut (UTI). Di bawah otoritas Republik Indonesia Serikat (RIS), UTI kembali berganti nama menjadi LKIG (Institute of Dentistry) selama 4 tahun masa studi, di bawah pimpinan Prof. M. Knap dan Prof. M.Soetojo. Pada tahun 1948 Universitas Airlangga merupakan cabang dari Universitas Indonesia yang memiliki 2 fakultas, yakni Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi.
Universitas Airlangga secara resmi berdiri pada tahun 1954 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 57/1954 dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 10 November 1954, bertepatan dengan perayaan hari pahlawan yang kesembilan. Pada tahun yang sama pula berdiri Fakultas Hukum yang dulunya merupakan cabang dari Fakultas Hukum, Ekonomi dan Sosial Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pada saat diresmikan, Universitas Airlangga terdiri dari lima fakultas, yaitu:
  1. Fakultas Kedokteran;
  2. Fakultas Kedokteran Gigi, yang semula merupakan cabang dari Universitas Indonesia;
  3. Fakultas Hukum, yang semula merupakan cabang dari Universitas Gadjah Mada;
  4. Fakultas Sastra, yang berkedudukan di Denpasar, yang pada tahun 1962 fakultas ini memisahkan diri dari Universitas Airlangga untuk menjadi bagian dari Universitas Udayana;
  5. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, yang berkedudukan di Malang, dan pada tahun 1963 memisahkan diri dari Universitas Airlangga menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Malang, yang sekarang telah berubah menjadi Universitas Negeri Malang (UM). 
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Airlangga
edit

Goa Gong (Pacitan)

| Jumat, 09 September 2016 | |

Hasil gambar untuk Goa gong pacitanHasil gambar untuk Goa gong pacitan 


Goa Gong Pacitan di Jawa Timur adalah salah satu tempat wisata di Pacitan yang populer dan memegang predikat sebagai wisata goa terindah se-Asia Tenggara. Pesona Goa Gong Pacitan ini bersumber dari panorama indah stalaktit dan stalagmit yang dapat Anda temui tatkala menyusuri goa tersebut selama kurang lebih 2 jam.
Secara geografis, Kabupaten Pacitan terletak di wilayah barat daya Jawa Timur, memiliki bentang alam yang tersusun dari pengunungan kapur yang kurang subur untuk dijadikan lahan pertanian. Kandungan hara yang dimiliki tanah di wilayah Pacitan ini termasuk sedikit, dengan demikian kriteria tanah di Pacitan tergolong  gersang. Kontur ketinggian tanah di wilayah Pacitan secara umum justru lebih membuka potensi wisata alam, salah satunya Goa Gong Pacitan ini.
Goa Gong secara administratif berada di Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung, berjarak sekitar 37 km arah barat dari pusat kota Pacitan. Objek wisata goa di Jawa Timur yang satu ini dikelilingi oleh pegunungan, sebelah utara adalah gunung Manyar, sebelah selatan gunung Karang Pulut, sebelah timur Gunung Gede, dan sebelah barat adalah gunung Grugah.
Sumber : http://www.initempatwisata.com/wisata-indonesia/pacitan/goa-gong-pacitan-pesona-goa-terindah-di-asia-tenggara/3005/


edit

Pantai 3 Warna ( Malang)

| Jumat, 09 September 2016 | |

Hasil gambar untuk Pantai tiga warna malangHasil gambar untuk Pantai tiga warna malang 

Pantai Tiga Warna adalah sebuah pantai yang memiliki tiga warna, warna yang ini disebabkan karena kedalaman sehingga menyebabkan air laut memiliki warna yang berbeda. Pantai Tiga Warna berada di Wilayah Rehabilitasi Dan Konservasi Mangrove, Terumbu Karang Serta Hutan Lindung Desa Tambakrejo, atau di Daerah Konservasi Sendangbiru, Kabupaten Malang – Jawa Timur. Pantai ini di kelola oleh Bhakti Alam yang anggotanya berasal dari warga desa sekitar pantai.
Pantai Tiga Warna merupakan tempat wisata baru bila di bandingkan dengan pantai-pantai di sekitarna seperti, Pantai Sendangbiru, Pantai Goa Cina, Pantai Bajul Mati. Pantai ini baru di buka menjadi tempat wisata mulai dari pertengahan tahun 2014, meski baru dibuka pantai ini langsung ramai di datangi oleh para wisatawan yang penasaran akan keindahannya.
Pantai Tiga Warna bersebelahan dengan Pantai Sendangbiru, namun untuk keindahan yang di suguhkan sangatlah indah. Pantai Tiga Warna dapat diakses dengan kendaraan pribadi misal mobil dan motor. Jika anda memakai mobil sebagai transportasi, anda harus memarkirkan mobil anda di bawah sebelum masuk ke area Pantai Clungup.
Akses jalan menuju Pantai Tiga Warna belum cukup memadai pasalnya jalan masih berupa makadaman jika hujan turun jalanan akan menjadi licin dan beresiko tergelincir. Dari Kota Malang akses menuju pantai, anda bisa mengambil jalur menuju Pantai Sendangbiru, setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam nanti ada petunjuk arah dan anda harus mengambil jalur ke arah Pantai Clungup atau Pantai Goa Cina sekitar 2 km dari pertigaan ada petunjuk arah yang menuju ke Pantai Clungup. Setelah masuk ke arah Pantai Clungup anda harus ke pos informasi untuk membayar dan mengisi data-data untuk persyaratan masuk ke Pantai Tiga Warna. Di situ anda harus membayar sebesar Rp. 6000, dan menyewa Tour Guide untuk memandu jalan menuju ke Pantai Tiga Warna. Pantai Tiga Warna memiliki kuota wisatawan dan jika kuotanya penuh anda harus menunggu, dan bisa juga anda juga bisa memesan terlebih dahulu ke pusat informasi.
Pantai Tiga Warna memiliki Spot Snorkeling yang patut anda coba, meski tak seindah yang ada di Pulau Bunaken tapi apa salahnya jika anda mencoba. Untuk peralatan Snorkeling anda bisa menyewa, untuk ongkos sewanya di kenakan Rp. 15.000 untuk satu paket peralatan Snorkeling sudah termasuk kaca mata renang, pelampung, dan selang untuk bernapas.

edit

GUNUNG SEMERU

| Jumat, 09 September 2016 | |

Hasil gambar untuk Gunung Semeru
Gunung Semeru atau Gunung Meru adalah sebuah gunung berapi kerucut di Jawa Timur, Indonesia. Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Gunung Semeru juga merupakan gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Sumatera dan Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat. Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko. Gunung Semeru secara administratif termasuk dalam wilayah dua kabupaten, yakni Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Gunung ini termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Semeru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Posisi geografis Semeru terletak antara 8°06' LS dan 112°55' BT.
Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 m hingga akhir November 1973. Disebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava mengarah ke sisi selatan meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di Lumajang.
Hasil gambar untuk Gunung SemeruHasil gambar untuk Gunung Semeru
edit

SIMPANG LIMA GUMUL KAB KEDIRI

| Kamis, 08 September 2016 | |


Hasil gambar untuk Simpang Lima Gumul 
Monumen Simpang Lima Gumul atau biasa disingkat SLG adalah salah satu bangunan yang menjadi ikon Kabupaten Kediri yang bentuknya menyerupai Arc de Triomphe yang berada di Paris, Perancis. SLG mulai dibangun pada tahun 2003 dan diresmikan pada tahun 2008, yang digagas oleh Bupati Kediri saat itu, Sutrisno.  Bangunan ini terletak di Desa Tugurejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, tepatnya di pusat pertemuan lima jalan yang menuju ke Gampengrejo, Pagu, Pare, Pesantren dan Plosoklaten, Kediri.
Jika Arc de Triomphe dibangun untuk menghormati para pejuang yang bertempur dan mati bagi Perancis dalam Revolusi Perancis dan Perang Napoleon, namun belum ada kejelasan mengapa dan untuk menghormati siapa Monumen Simpang Lima Gumul Kediri ini dibangun.. Dalam beberapa sumber menyebutkan, bahwa didirikannya monumen ini dikarenakan terinspirasi dari Jongko Jojoboyo, raja dari Kerajaan Kediri abad ke-12 yang ingin menyatukan lima wilayah di Kabupaten Kediri.
Selain sebagai ikon sebuah kota, saat ini SLG juga menjadi sentra (pusat) ekonomi dan perdagangan baru (Central Business District) di Kabupaten Kediri, sehingga diharapkan dapat membuat perekonomian Kediri semakin bertambah maju. Monumen Simpang Lima Gumul berlokasi di kawasan yang strategis dan dilengkapi dengan beragam sarana umum, seperti gedung pertemuan (convention hall), gedung serbaguna (multipupose), Bank daerah, terminal bus antar kota dan MPU (Mobil Penumpang Umum), pasar temporer (buka pada waktu-waktu tertentu) Sabtu-Minggu dan sarana rekreasi seperti wisata air Water Park Gumul Paradise Island

edit

GUNUNG BROMO

| Kamis, 08 September 2016 | |

Hasil gambar untuk Gunung Bromo
Gunung Bromo adalah salah satu gunung berapi aktif yang ada di Indonesia, tepatnya di Jawa Timur dan meliputi 4 kabupaten yaitu Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Sebagai gunung berapi yang masih aktif, Bromo jadi tujuan wisata terkenal di Jawa Timur dan hampir tidak pernah sepi setiap harinya.
Statusnya yang masih aktif membuat Gunung Bromo jadi lebih menarik di mata wisatawan. Ketinggian Gunung Bromo 2.392 meter diatas permukaan laut dan memiliki bentuk tubuh bertautan diantara lembah dan ngarai dengan di kelilingi kaldera atau lautan pasir luas kurang lebih sekitar 5.300 hektar.
Gunung Bromo terkenal sebagai icon wisata probolinggo paling indah dan paling banyak dikunjungi. Kata “Bromo” berasal dari kata “Brahma”  yaitu salah satu Dewa Agama Hindu. Gunung Bromo memang tidak besar seperti gunung api lain di Indonesia tetapi pemandangan Bromo sangat menakjubkan sekali. Keindahan Gunung Bromo yang luar biasa membuat wisatawan kagum.
Dari puncak Penanjakan pada ketinggian 2.780 m, wisatawan bisa melihat matahari terbit di Wisata Bromo. Pemandangan yang indah membuat banyak wisatawan ingin mengabadikan momen berharga ini. Pada waktu matahari terbit terlihat dari puncak penanjakan yang sangat luar biasa para pengunjung bisa melihat latar depan dari Gunung Semeru yang akan mengeluarkan asap terlihat dari kejauhan dan matahari akan bersinar terang naik ke atas langit.
Gunung Bromo
Masyarakat sekitar Gunung Bromo akan merayakan festival Yadnya Kasada atau Kasodo setiap tahun sekali dengan memerikan persembahan seperti sayuran, ayam, dan uang yang akan dipersembahkan pada dewa dan dibuang ke dalam kawah gunung Bromo. Sebagai wujud dari rasa syukur kepada yang maha kuasa.

Sejarah Gunung Bromo

Jaman dahulu ketika kerajaan majapahit menerima banyak serangan dari berbagai daerah, banyak penduduk pribumi jadi bingung mencari tempat tinggal baru sampai akhirnya mereka pisah jadi 2 bagian. Satu menuju ke Bali, dua menuju Gunung Bromo. Kedua tempat ini sampai sekarang memiliki kesamaan yaitu sama-sama menganut Agama Hindu.
Nama “Tengger” diyakini berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger. “Teng” merupakan akhiran nama Roro An-“teng” dan “ger” merupakan akhiran nama dari Joko Se-“ger” dan Gunung Bromo juga dipercaya sebagai gunung suci. Masyarakat Hindu menyebutnya dengan nama Gunung Brahma. Sedangkan orang Jawa menyebutnya Gunung Bromo. Kurang lebih seperti itulah asal – usul dari legenda Gunung Bromo.
edit

NASI TUMPANG

| Kamis, 08 September 2016 | |

Hasil gambar untuk nasi tumpang]
Nasi tumpang adalah nasi yang menggunakan kuah berupa sambal tumpang. Sambal tumpang sendiri merupakan sambal yang dibuat dengan bahan baku tempe yang sudah basi (tempe bosok) dan dimasak dengan ayam serta kadang-kadang rambak (kulit sapi). Cara penyajiannya sama persis dengan nasi pecel yang sudah populer.
Tidak semua tempe bisa digunakan. Hanya daerah tertentu yang dapat menghasilkan tempe yang dapat basi sesuai dengan yang diinginkan. Tempe daerah Malang juga tidak bisa digunakan sebagai bahan sambel tumpang, karena tidak bisa basi sesuai dengan kriteria sambal tumpang. Kalaupun dipaksakan dibuat bahan, maka rasanya tidak dapat sesedap aslinya.
Nasi tumpang populer di daerah Kediri dan sekitarnya dan digunakan sebagai menu sarapan pagi, dijual di warung-warung makan di pagi hari yang hanya menjual nasi pecel dan nasi tumpang. Di pusat kota Kediri, tepatnya di Jalan Dhoho, setiap malam di atas pukul 21.00 WIB, setelah pertokoan tutup, seluruh trotoar di jalan itu menjadi warung lesehan nasi pecel dan nasi tumpang. Mirip dengan lesehan gudeg di jalan Malioboro Jogjakarta.
edit

SOTO LAMONGAN (Khas Lamongan)

| Kamis, 08 September 2016 | |


Hasil gambar untuk Soto Lamongan 
 
Memang sudah tidak di ragukan lagi jika makanan yang akan kita bahas sesaat lagi wajib untuk di masukkan dalam daftar makanan khas jawa timur, pasalnya kebesaran dari makanan khas jawa timur yang bernama Soto Lamongan sudah sangat terkenal seantero indonesia. Hal ini di karenakan Soto Lamongan mempunyai cita rasa yang sangat khas ala Kota Lamongan, saat ini di kota lain banyak yang menjual Soto Lamongan ini.
Soto Lamongan biasanya pada saat penyajiannya di campurkan dengan koya, yang mana koya adalah sebuah pelengkap dari Soto Lamongan ini yang berupa bubuk gurih yang di buat dari bawang putih dan kerupuk udang. Tentu sudah terbayang bukan rasa dari koya tersebut? Jika penasaran dengan makanan khas jawa timur ini anda tidak perlu datang langsung ke lamongan, saat ini banyak di kota lain yang menyajikan Soto Lamongan ini.

Bahan utama :
  • Ayam kampung : 1 ekor pilih yang dewasa dan gemuk.
Bahan pembantu :
  • Krupuk udang : 1/4 kg ( sebagai bahan untuk poya ).
  • Telor : 1/2 kg.
  • Kecambah : 1/4 kg ( Kecambah adalah touge dengan bahan dasar kacang hijau dan baru tumbuh 5mm ).
  • Soun : 1/4 kg.
  • Kol : 1/4 kg.
  • Kentang : 1/4 kg.
  • Daun seledri : 1 ikat.
  • Jeruk nipis : 6 buah.
Bumbu halus :
  • Lada : 1 sendok teh.
  • Ketumbar : 1 sendok teh.
  • Bawang putih : 10 siunng.
  • Bawang merah : 6 siung
  • Kunyit : 1 jempol tangan.
  • Jahe : 1 jari telunjuk.
  • Lengkuas : 1 ujung jempol.
  • Kemiri : 4 biji.
  • Daun jeruk + daun salam : masing masing 5 lembar.
  • Daun sereh : 2 hingga 3 batang ( potong ujungnya dan ikat ).
  • Daun bawang : 3 hingga 4 batang.
  • Garam, penyedap rasa, gula pasir : secukupnya.
Bahan sambal :
  • Cabe rawit merah : 1/4 kg.
  • Bawang putih : 3 siung besar.
  • Garam : secukupnya.
Cara membuat masakan soto ayam lamongan.
Langkah pertama :
  • Rebus ayam dengan 3 liter air.
  • Haluskan bumbu halus ( tanpa daun salam, daun jeruk, dan daun sereh ), sebaiknya diuleg saja kemudian masukkan daun salam, daun jeruk, dan daun sereh lalu memarkan sebentar ( jangan sampai hancur ).
  • Kemudian sangrai dengan sedikit minyak goreng.
  • Setelah rebusan ayam matang masukkan bumbu halus yang telah di sangrai masukkan garam, penyedap rasa, sedikit gula pasir serta daun bawang yang telah di potong potong sekitar 1 cm.
  • Jika kurang sesuatu tambahkan ( garam atau penyedap rasa atau gula ) hingga rasanya sesuai dengan keinginan anda.
  • Angkat ayam dan tiriskan.
Langkah kedua.
  • Rebus telor.
  • Rebus Soun sebentar saja.
  • Rebus kecambah.
  • Kupas kentang dan potong tipis kecil ( 2 cm x 2 cm tebal 2 mm ) kemudian goreng.
  • Goreng krupuk udang dan haluskan
Langkah ketiga.
  • Potong seledri kecil kecil.
  • Kupas telor yang telah direbus menjadi 8 hingga 10 bagian.
  • Ambil ayam yang telah dingin dan disuwir suwir ( tinggalkan kulit ayam ya ).
  • Langkah keempat.
  • Rebus cabe rawit merah dan bawang putih.
  • Uleg cabe rawit merah + bawang putih + 1/2 sendok teh garam.
Cara penyajian
Masukkan ayam suwir, soun, touge, seledri, dan kedalam mangkok. Kemudian masukkan kuah secukupnya. Dan terakhir tambahkan kentang goreng, bawang goreng, poya ( 1 sendok teh ), dan sambal serta tambahkan perasan jeruk nipis.
edit

SAMBEL WADER (KHAS MOJOKERTO)

| Kamis, 08 September 2016 | |
Hasil gambar untuk Sambel Wader 



Ada juga makanan khas jawa timur yang merupakan makanan khas mojokerto dan tentu saja makanan ini merupakan makanan khas jawa timur yang sangat enak. Ternyata makanan khas jawa timur yang satu ini banyak peminatnya, buktinya di kawasan mojokerto banyak sekali tempat kuliner yang menjual Sambel Wader ini. Wader sendiri adalah ikan air tawar yang sangat sering kita temukan di sungai-sungai di sekitar kita.
Tentu Sambel Wader ini sangat enak yakni perpaduan antara ikan wader dengan sambal khas yang sangat enak, tentu saja sambal yang di sajikan dalam Sambel Wader ini di buat dengan rasa yang berbeda dengan jenis sambal yang lainnya. Sambel Wader yang merupakan makanan khas jawa timur ini sangat cocok apabila di makan dengan nasi putih punel yang masih hangat, tentu akan sangat terasa dalam setiap gigitan kenikmatannya.

Bahan-bahan:
  • 500 gram ikan wader
  • 1 sdm air jeruk nipis
  • 1 sdt garam
  • minyak goreng secukupnya
Bumbu halus:
  • 10 cabai merah
  • 6 siung bawang merah
  • 4 siung bawang putih
  • 1 ruas jahe
  • 1 ruas kunyit
  • 1 sdt ketumbar
  • 1 sdt gula
  • garam secukupnya
CARA MEMBUAT TUMIS IKAN WADER SEDRHANA
  1. Bersihkan ikan terlebih dahulu dari sisik dan kotorannya kemudian lumuri dengan garam dan air jeruk nipis diamkan selama 5-10 menit lalu goreng sampai matang, boleh sampai kering dan boleh tidak. Angkat dan tiriskan.
  2. Tumis bumbu halus sampai layu dan harum kemudian masukkan ikan wader yang sudah digoreng sebelumnya.
  3. Bila perlu bisa anda tambahkan sedikit air dan masak sampai matang serta bumbu meresap kedalam daging ikan.
Tumis ikan wader pedas ini sangat cocok bila dihidangkan sebagai lauk makan nasi ketika masih hangat dilengkapi dengan lalapan seperti daun slada dan ketimun, selamat mencoba dan silahkan dipraktekkan resep lain seperti resep ikan gurame asam manis yang enak dan nikmat.


edit

LONTONG BALAP (KHAS SURABAYA)

| Kamis, 08 September 2016 | |

Hasil gambar untuk lontong balap] 

Memperkaya pilihan Legenda Kuliner Nusantara, Lontong Balap adalah salah satu jenis makanan kebanggaan khas Jawa Timur. Dinamakan lontong balap karena dahulu pedagang lontong berjualan di satu tempat dengan bergantian memakai peralatan, dengan selalu ingin cepat selesai dengan istilah “balapan”. Maka dari keunikan seperti itu lontong tersebut dinamakan Lontong Balap. Lontong Balap Pak Gendut adalah satu dari sekian banyak Lontong Balap yang ada di Surabaya. Memulai berjualan pada tahun 1956 dijalan Wonokromo, kemudian pada tahun 1976 pindah dan menetap berjualan di depan Bioskop Garuda. Disajikan hanya dengan bahan baku bumbu pilihan seperti bawah merah, bawang putih, daun bawang, dan udang. Lontong Bapal Pak Gendut ini hanya dimasak dengan teknik yang merupakan warisan turun temurun. Cita rasa lezat sudah menjadi jaminan untuk Lontong Pak Gendut, karena hanya bahan-bahan terbaik yang dipilih dalam membuat hidangan ini. Lontong Balap Pak Gendut dinilai mempunyai 3 kelezatan unggulan dibandingkan lontong balap lainnya. Kuah bening dengan rasa yang khas, irisan lontong yang nikmat, dan tentunya sambal dan lentho yang mantap! Hanya Lontong Balap Pak Gendut yang membuat lentho murni berbahan kacang tolo dan bumbu. Lentho khas Pak Gendut ini pun bertahan kriuk-nya meskipun sudah dicampur dengan kuah lontong balap. Tidak lupa kecap manis sebagai pemanis sajian sang legenda.

  • BAHAN
  • CARA MEMBUAT

Bahan-bahan:

  • 4 bungkus Lontong ( 500 gr ), dipotong-potong agak tebal
  • 8 buah Tahu goreng matang, dipotong-potong agak tipis
  • 8 buah Lentho goreng
  • 200 gr Tauge
  • Kecap manis Bango, secukupnya

Bahan-bahan kuah:

  • 1 ½ Ltr Air matang, untuk merebus daging ( 1 ilter diambil sebagai kaldu daging )
  • 250 gr Daging sapi yang berlemak
  • 50 gr Daun bawang diiris-iris
  • 3 sdm Minyak goreng, untuk menumis

Bumbu dihaluskan:

  • 6 siung Bawang merah
  • 3 siung Bawang putih
  • 1 sdt Merica bubuk
  • ¼ sdt Pala bubuk
  • Garam secukupnya

Bahan-bahan Lentho kacang tolo:

  • 75 gr Kacang tolo, direbus hingga empuk, ¾ bagian dihaluskan, ¼ bagian biarkan utuh
  • 1 butir Telur ayam, putihnya saja
  • ½ sdm Kecap manis Bango
  • Minyak goreng, untuk mengoreng

Dihaluskan:

  • 3 siung Bawang putih
  • 5 biji Cabe rawit
  • 1 cm Kencur segar
  • 1 lembar Daun jeruk
  • Garam, secukupnya
edit

PECEL (Khas Madiun)

| Kamis, 08 September 2016 | |


Hasil gambar untuk pecel

 

Pecel adalah makanan yang menggunakan bumbu sambal kacang sebagai bahan utamanya yang dicampur dengan aneka jenis sayuran. Asal kata dan daerah pecel belum diketahui secara pasti, tetapi dalam bahasa Jawa, pecel dapat diartikan sebagai 'tumbuk' atau 'dihancurkan dengan cara ditumbuk'.
Pecel diperkirakan berasal dari Madiun, Jawa Timur, karena bumbu sambal kacang yang digunakan dalam campuran pecel mirip dengan yang digunakan sebagai bumbu sate Ponorogo. Makanan ini juga mirip dengan gado-gado yang dibedakan dengan campuran bahan dan tekstur bumbunya.
Pecel merupakan makanan yang terdiri dari sayur yang direbus dan lauk yang dihidangkan dengan alas yang berbeda seperti piring lidi yang disebut ingke, pincuk, atau tampah bambu sesuai ciri khas kota asal pecel. Sayuran yang dihidangkan antara lain kacang panjang, taoge, mentimun, daun singkong, dan daun kemangi. Bumbu sambal kacang yang disiramkan di atas pecel disebut sambal pecel yang terbuat dari campuran kencur, gula merah, garam, cabai, combrang, daun jeruk purut dan kacang tanah sangrai yang dicampur, ditumbuk, atau diulek. Selain itu, ada pula yang menambahkan daun bawang putih dan asam jawa ke dalam campuran air hangat untuk mencairkan sambal pecel. Umumnya, setiap kabupaten di Jawa Timur memiliki variasi pecel masing-masing.
Buat kamu yang pengen bikin resep bumbu pecel, nih aku posting reserpnya juga. Happy coocking
  • ¼ Kilogram kacang tanah (berkulit), digoreng
  • 1 sendok makan air asam
  • 400 ml air hangat

Bumbu sambal pecel (dihaluskan):
  • 75 gram gula merah, sisir halus
  • 4 buah cabe keriting
  • 5 buah cabe rawit
  • 5 centimeter kencur
  • 5 siung bawang putih
  • 1 sendok teh terasi (opotional)
  • ½ sendok makan garam
  • 5 lembar daun jeruk purut, buang tulang daunnya

Cara membuat sambal pecel

  • Langkah pertama kita siapkan dahulu bumbu halus, kemudian masukkan kacang tanah dan haluskan sampai lembut atau hampir lembut sesuai selera
  • Tambahkan air asam jawa 1 sendok makan saja (perpaduan antara 1 sendok teh asam jawa - 2 sendok makan air), aduk rata
  • Terakhir tambahkan air putih hangat, aduk lagi sampai merata
  • Selesai sudah

Untuk menikmati nya hasil resep tersebut, kita perlu beberapa jenis sayuran rebus ataupun hanya diseduh air panas, diantaranya :
  • Kacang panjang, potong2 –rebus
  • Bayam, siangi – rebus
  • Kol, iris kasar – rebus
  • Tauge, baung akarnya – seduh

Cara menyajikan nasi pecel :
  • Ambil sepiring nasi, tata sayuran diatasnya yang telah disiapkan
  • Siram dengan bumbu pecelnya
  • Siap dinikmati bersama rempeyek kacang
 
edit

Ibu kota Jawa timur dan Sejarahnya

| Kamis, 08 September 2016 | |
 
SURABAYA
Hasil gambar untuk ibu kota jawa timur

Itulah Ibukota Jawa Timur yang dilambangkan dengan tugu patung Hiu dan Buaya yang sedang berkelahi, kononnya menurut cerita yang beredar dimasyarakat, asal usul nama Surabaya berasal dari cerita mitos masyarakat yaitu pertempuran antara sura (ikan hiu) dan baya dan akhirnya menjadi kota Surabaya. Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di indonesia setelah Kota Jakarta. Surabaya sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa. Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia timur. Surabaya juga terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. Secara geografis, Kota Surabaya terletak di tepi pantai utara provinsi Jawa Timur. Wilayahnya berbatasan dengan Selat Madura di Utara dan Timur, Kabupaten Sidoarjo di Selatan, serta Kabupaten Gresik di Barat. Berikut ini dapat kita pelajari tentang sejarah kota Surabaya dari sebelum kedatangan belanda, zaman hindia belanda hingga pertempuran mempertahankan Surabaya. 

Sejarah Kota Surabaya Sebelum Kedatangan Belanda
Surabaya dulunya merupakan gerbang Kerajaan Majapahit, yakni di muara Kali Mas. Bahkan hari jadi Kota Surabaya ditetapkan sebagai tanggal 31 Mei 1293. Hari itu sebenarnya merupakan hari kemenangan pasukan Majapahit yang dipimpin Raden Wijaya terhadap pasukan kerajaan Mongol utusan Kubilai Khan. Pasukan Mongol yang datang dari laut digambarkan sebagai ikan SURO (ikan hiu/berani)dan pasukan Raden Wijaya yang datang dari darat digambarkan sebagai BOYO (buaya/bahaya), jadi secara harfiah diartikan berani menghadapi bahaya yang datang mengancam. Maka hari kemenangan itu diperingati sebagai hari jadi Surabaya.
Pada abad ke-15, Islam mulai menyebar dengan pesat di daerah Surabaya. Salah satu anggota wali sanga, Sunan Ampel, mendirikan masjid dan pesantren di daerah Ampel. Tahun 1530, Surabaya menjadi bagian dari Kesultanan Demak.
Kesultanan Mataram: diserbu Panembahan Senopati tahun 1598, diserang besar-besaran oleh Panembahan Seda ing Krapyak tahun 1610, diserang Sultan Agung tahun 1614. Pemblokan aliran Sungai Brantas oleh Sultan Agung akhirnya memaksa Surabaya menyerah. Tahun 1675, Trunojoyo dari Madura merebut Surabaya, namun akhirnya didepak VOC pada tahun 1677.
Dalam perjanjian antara Paku Buwono II dan VOC pada tanggal 11 November 1743, Surabaya diserahkan penguasaannya kepada VOC.

Serajah Kota Surabaya pada Zaman Hindia Belanda
Pada zaman Hindia-Belanda, Surabaya berstatus sebagai ibukota Karesidenan Surabaya, yang wilayahnya juga mencakup daerah yang kini wilayah Kabupaten Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, dan Jombang. Pada tahun 1905, Surabaya mendapat status kotamadya (Gemeente). Pada tahun 1926, Surabaya ditetapkan sebagai ibukota provinsi Jawa Timur. Sejak itu Surabaya berkembang menjadi kota modern terbesar kedua di Hindia-Belanda setelah Batavia.
Sebelum tahun 1900, pusat kota Surabaya hanya berkisar di sekitar Jembatan Merah saja. Sampai tahun 1920-an, tumbuh pemukiman baru seperti daerah Darmo, Gubeng, Sawahan, dan Ketabang. Pada tahun 1917 dibangun fasilitas pelabuhan modern di Surabaya.
Tanggal 3 Februari 1942, Jepang menjatuhkan bom di Surabaya. Pada bulan Maret 1942, Jepang berhasil merebut Surabaya. Surabaya kemudian menjadi sasaran serangan udara Sekutu pada tanggal 17 Mei 1944.

Sejarah Kota Surabaya, Pertempuran Mempertahankan Surabaya
Setelah Perang Dunia II usai, pada 25 Oktober 1945, 6000 pasukan Inggris-India yaitu Brigade 49, Divisi 23 yang dipimpin Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby mendarat di Surabaya dengan perintah utama melucuti tentara Jepang, tentara dan milisi Indonesia. Mereka juga bertugas mengurus bekas tawanan perang dan memulangkan tentara Jepang. Pasukan Jepang menyerahkan semua senjata mereka, tetapi milisi dan lebih dari 20000 pasukan Indonesia menolak.
26 Oktober 1945, tercapai persetujuan antara Bapak Suryo, Gubernur Jawa Timur dengan Brigjen Mallaby bahwa pasukan Indonesia dan milisi tidak harus menyerahkan senjata mereka. Sayangnya terjadi salah pengertian antara pasukan Inggris di Surabaya dengan markas tentara Inggris di Jakarta yang dipimpin Letnan Jenderal Sir Philip Christison.
27 Oktober 1945, jam 11.00 siang, pesawat Dakota AU Inggris dari Jakarta menjatuhkan selebaran di Surabaya yang memerintahkan semua tentara Indonesia dan milisi untuk menyerahkan senjata. Para pimpinan tentara dan milisi Indonesia marah waktu membaca selebaran ini dan menganggap Brigjen Mallaby tidak menepati perjanjian tanggal 26 Oktober 1945.
28 Oktober 1945, pasukan Indonesia dan milisi menggempur pasukan Inggris di Surabaya. Untuk menghindari kekalahan di Surabaya, Brigjen Mallaby meminta agar Presiden RI Soekarno dan panglima pasukan Inggris Divisi 23, Mayor Jenderal Douglas Cyril Hawthorn untuk pergi ke Surabaya dan mengusahakan perdamaian.
29 Oktober 1945, Presiden Soekarno, Wapres Mohammad Hatta dan Menteri Penerangan Amir Syarifuddin Harahap bersama Mayjen Hawthorn pergi ke Surabaya untuk berunding.
Pada siang hari, 30 Oktober 1945, dicapai persetujuan yang ditanda-tangani oleh Presiden RI Soekarno dan Panglima Divisi 23 Mayjen Hawthorn. Isi perjanjian tersebut adalah diadakan perhentian tembak menembak dan pasukan Inggris akan ditarik mundur dari Surabaya secepatnya. Mayjen Hawthorn dan ke 3 pimpinan RI meninggalkan Surabaya dan kembali ke Jakarta.
Pada sore hari, 30 Oktober 1945, Brigjen Mallaby berkeliling ke berbagai pos pasukan Inggris di Surabaya untuk memberitahukan soal persetujuan tersebut. Saat mendekati pos pasukan Inggris di gedung Internatio, dekat Jembatan merah, mobil Brigjen Mallaby dikepung oleh milisi yang sebelumnya telah mengepung gedung Internatio.
Karena mengira komandannya akan diserang oleh milisi, pasukan Inggris kompi D yang dipimpin Mayor Venu K. Gopal melepaskan tembakan ke atas untuk membubarkan para milisi. Para milisi mengira mereka diserang / ditembaki tentara Inggris dari dalam gedung Internatio dan balas menembak. Seorang perwira Inggris, Kapten R.C. Smith melemparkan granat ke arah milisi Indonesia, tetapi meleset dan malah jatuh tepat di mobil Brigjen Mallaby.
Granat meledak dan mobil terbakar. Akibatnya Brigjen Mallaby dan sopirnya tewas. Laporan awal yang diberikan pasukan Inggris di Surabaya ke markas besar pasukan Inggris di Jakarta menyebutkan Brigjen Mallaby tewas ditembak oleh milisi Indonesia.
Letjen Sir Philip Christison marah besar mendengar kabar kematian Brigjen Mallaby dan mengerahkan 24000 pasukan tambahan untuk menguasai Surabaya.
9 November 1945, Inggris menyebarkan ultimatum agar semua senjata tentara Indonesia dan milisi segera diserahkan ke tentara Inggris, tetapi ultimatum ini tidak diindahkan.
10 November 1945, Inggris mulai membom Surabaya dan perang sengit berlangsung terus menerus selama 10 hari. Dua pesawat Inggris ditembak jatuh pasukan RI dan salah seorang penumpang Brigadir Jendral Robert Guy Loder-Symonds terluka parah dan meninggal keesokan harinya.
20 November 1945, Inggris berhasil menguasai Surabaya dengan korban ribuan orang prajurit tewas. Lebih dari 20000 tentara Indonesia, milisi dan penduduk Surabaya tewas. Seluruh kota Surabaya hancur lebur.
Pertempuran ini merupakan salah satu pertempuran paling berdarah yang dialami pasukan Inggris pada dekade 1940an. Pertempuran ini menunjukkan kesungguhan Bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dan mengusir penjajah.
Karena sengitnya pertempuran dan besarnya korban jiwa, setelah pertempuran ini, jumlah pasukan Inggris di Indonesia mulai dikurangi secara bertahap dan digantikan oleh pasukan Belanda. Pertempuran tanggal 10 November 1945 tersebut hingga sekarang dikenang dan diperingati sebagai Hari Pahlawan.

edit

Seputar Jawa Timur

| Kamis, 08 September 2016 | |


Hasil gambar untuk sejarah jawa timur





Jawa Timur (bahasa Jawa: Jåwå Wétan) adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia. Ibu kotanya terletak di Surabaya. Luas wilayahnya 47.922 km², dan jumlah penduduknya 37.476.757 jiwa (2010). Jawa Timur memiliki wilayah terluas di antara 6 provinsi di Pulau Jawa, dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat. Wilayah Jawa Timur juga meliputi Pulau Madura, Pulau Bawean, Pulau Kangean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa (Kepulauan Masalembu), dan Samudera Hindia (Pulau Sempu, dan Nusa Barung).
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia, dan memiliki signifikansi perekonomian yang cukup tinggi, yakni berkontribusi 14,85% terhadap Produk Domestik Bruto nasional.
edit
Postingan Lebih Baru Postingan Lama
Diberdayakan oleh Blogger.
© Design 1/2 a px. · 2015 · Pattern Template by Simzu · © Content Wonderfull East Java